Shadaqallahul Adzim Dalam Bahasa Inggris


Seringkali kita mendengar bacaan Shadaqallahul Adzim diucapkan setelah selesai membaca Al-Quran. Terutama di Nusantara, tidak mengucapkan bacaan Shadaqallahul Adzim setelah membaca Al-Quran menjadi hal yang kurang lengkap dalam mengaji. Ada pendapat yang membolehkan dan juga ada pendapat yang sebaiknya jangan diucapkan dan TIDAK BOLEH jika dijadikan suatu yang HARUS dan WAJIB.

Shadaqallahul Adzim diambil dari kutipan Al-Quran surat Ali Imran ayat: 95. Adapun penambahan lafalal-adzimdalamshadaqallahul-adzimadalah sebagai bentuktadzim(pengagungan) terhadap Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى.

Selepas dari hukum bacaan tersebut, saya akan membahas topik utama sesuai judul Posting Shadaqallahul Adzim Dalam Bahasa Inggris dalam bahasa indonesiaصَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ Shadaqallahul Adzim artinya Benarlah (apa yang difirmankan) AllahYang Maha Agung.

ARTI BACAAN SHADAQALLAHUL ADZIM DALAM BAHASA INGGRIS

sedangkanMaha Benar Allah Yang Maha Agung dalam bahasa Inggris menjadi :

No. Arab Indonesia Inggris
1. صَدَقَ اللهُ Benarlah Allah Allah The Truthful
2. اْلعَظِيْمُ Yang Maha Agung The Magnificent

Dalam kalimat bahasa Inggris, Jika digabungkan menjadi :

Truth (What HE Say) Allah The Most Magnificent

Berikut ini perbedaan pendapat mengenai hukum bacaanShadaqallahul Adzim yang dapat anda simak dan adna pelajari. Tentunya untuk lebih jelasanya silahkan belajar langsung dengan ahli agama Islam dan bukan mencari-cari di Internet.

HUKUM BACAAN SHADAQALLAHUL ADZIM

Pendapat 1 :

Ucapan Shadaqallahul Adzim Setiap Membaca Al-Quran Boleh Tetapi TIDAK Diwajibkan.

Shadaqallahul Adzim, yang artinya :Benarlah (apa yang difirmankan) AllahYang Maha Agung. Belum pernah ada dalil yang menjelaskan perihal Shadaqallahul Adzim untuk dibaca setelah selesai mengaji (Membaca Al-Quran). Juga tidak ada hadits shahih yang menjelaskan tentang Shadaqallahul Adzim.

Meskipun tidak ditemukan dalam sumbernaqli, praktekyang berlaku umum di tengah masyarakat adalah mengucapkan lafalshadaqallahul-azhimsetiap mengakhiri membaca Al-Quran. Dalam penelusuran kami, sesungguhnya penggunaan lafal tersebut bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sudah berlangsung sejak lama. Para mufasir dalam beberapa kesempatan setelah menerangkan tafsir suatu ayat, terkadang menimpali tafsirannya dengan ucapanshadaqallahul-azhim.Sebagai contohadalahIbnu Katsir dalamTafsir Ibnu Katsir,al-Qurtubi dalamal-JamiliAhkamil-Quran}Ibnu Ajibah dalamTafsir Ibnu Ajibah,asy-Syanqithi dalamAdlwahul-Bayandan Sayid Qutb dalamFi Zhilalil-Quran.Menurut hemat kami, lafal ini digunakan sesungguhnya sebagai bentukpenghormatan (al-Qurtubi: I/27) dan penegasan (afirmasi) komitmen seorang Muslim akan kebenaran berita dan kandungan Al-Quran yang difirmankan Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى.

Dalil implisit(ghairu sharih)yang umumnya dijadikan sandaran untuk ba-caan ini adalah Al-Quran surat Ali Imran ayat: 95:

Artinya:Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.(Qs. Ali Imran [3]: 95)

Ayat ini jika dilihat dari konteksnya memang berbicara tentang Bani Israil. Melalui ayat tesebut, Nabi Muhammad Salallahu alaihi wa sallam (ﷺ) diperintahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وتَعَالَى untuk menegaskan kepada Bani Israil bahwa Al-Quran adalah benar (akurat) tentang kisah-kisah yang ia bawa mengenai Bani Israil di masa lalu. Namun,ber-istidlal(mengambil dalil) dari ayat ini bukannya sama sekali tidak dibenarkan. Dalam hukumtajwiddibolehkan membaca ayat ini dengan berhenti setelah lafal Allah, atau bisa disebutwaqf jaiz(tempat yang dibolehkan berhenti). Jika kita berhenti di sini, maka ayat ini dapat melahirkan makna yang independen dari ayat sebelumnya dan lafal sesudahnya. Sehingga makna umumnya adalah ucapanshadaqallahutidak mesti diucapkan hanya di depan Bani Israil yang meragukan kebenaran Al-Quran, melainkan dapat dibaca kapanpun jika ia dibutuhkan.

Berangkatdari keterangan di atas, maka pendapat yang dapat kita pegang adalah lafalshadaqallahul-adzimboleh diucapkan kapan pun, terutama setelah mendengar informasi yang berhubungan dengan kebenaran informasi yang dibawa Al-Quran. Demikian juga pengucapannya setelah membaca Al-Quran. la dapat diterima dan bukan merupakanbidah(meng-ada-ada) dalam urusan agama. Hanya saja, yang perlu dicatat di sini adalah pelafalan kalimat tersebut tidak boleh diiringi dengan keyakinan bahwa ia adalah Sunnah Nabi saw yang diajarkan secara khusus, apalagi menganggapnya sebagai kewajiban agama. Sehingga, orang yang meng-akhiri bacaan Al-Quran tidak harus membaca bacaan ini dan orang yang tidak membaca bacaan ini setelah membaca Al-Quran juga tidak menyalahi tuntunan agama. Selainitu, catatan lainnya adalah hendaknya lafal ini tidak diucapkan setelah membaca ayat Al-Quran di dalam ibadah shalat, karena shalat adalah ibadahmahdlahyang kita hanya diperkenankan mengikuti petunjuk agama dalam pelaksanaannya.

Baca Juga :

Hukum BacaanAudzubillah Himinas Syaiton Nirojim dan Artinya

Pendapat 2 :

Ucapan Shadaqallahul Adzim (Maha Benar Allah Yang Maha Agung) Setiap Membaca al-Quran Termasuk Bidah.

Mengucapkanshadaqallahul azhim(Maha Benar Allah Yang Maha Agung) seusai setiap membaca al-Quran merupakan perbuatan Bidah, karena perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam (ﷺ), maupun para al-Khulafaur Rasyidun رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ atau para shahabat radhiyallahu anhum (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ). Juga tidak pernah dilakukan oleh para imam-imam salaf padahal mereka sangat sering membaca Al-Quran, sangat memperhatikannya dan mengerti tentangnya. Dengan demikian ucapan tersebut dan pengharusan bacaannya setiap kali usai membaca al-Quran adalah perbuatan bidah yang diada-adakan.

Telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa mengada-ada dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka dia akan tertolak.[1](HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam lafazh yang diriwayatkan Muslim disebutkan,

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak.[2][3]

Adapun apabila ucapan tersebut dilafazhkan seseorang sesekali saat mendengarkan suatu ayat atau memikirkannya kemudian ia mendapatkan suatu pengaruh yang nyata dalam dirinya, maka tidak mengapa baginya untuk mengucapkan Mahabenar Allah Yang Mahaagung, telah terjadi begini dan begitu. Allah Subhanahu wa taala telah berfirman :

قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Katakanlah:Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.(QS. 3:95)

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا

Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah.(QS. 4:87)

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam telah bersabda :

إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah.[4]

Maka boleh mengucapkan ucapanShadaqallahdalam beberapa peristiwa yang menunjang ucapan tersebut, seperti bila melihat sesuatu yang terjadi, yang sebelumnya Allah Subhanahu wa taala telah mengingatkannya.

Namun apabila kita menjadikan ucapan tersebut seakan-akan termasuk hukum bacaan, maka perbuatan itu tidak ada dasarnya dan mengharuskannya termasuk bidah. Yang ada dasarnya dalam hukum bacaan adalah memulai membaca dengan mengucapkan istiadzah (doa mohon perlindungan), sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa taala :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.(QS. 16:98).

Rasulullah mengucapkan doa perlindungan dari setan saat memulai membaca al-Quran dan membacabasmalahsetiap awal surat selain surat Baraah (at-Taubah). Adapun seusai membaca al-Quran, tidak ada pengharusan untuk mengucapkan dzikir khusus atau ucapanshadaqallah, atau lainnya.[5].

Itulah penjelasan mengenai hukum bacaanShadaqallahul Adzim, disini admin (penulis) hanya menyampaikan informasi dari beberapa sumber yang mungkin bisa menambah pembelajaran bagi kaum Muslimin. Untuk kebenarannya sendiri pembaca WAJIB untuk meneliti ulang dan lebih lanjut jikalau terdapat kesalahan yang tidak disengaja dilakukan oleh penulis. Penulis juga sangat menyarankan untuk berhati-hati dalam belajar agama melalui media Internet secara Online, sangat disarankan belajar secara langsung melalui ahli agama yang paham betul mengenai hukum dalam Islam. Segera lapor jika ada kesalahan ayat, arti atau sejarah yang dituliskan.

Referensi / Sumber / Catatan Kaki / Kutipan :

  • http://obedjustin.blogspot.co.id/2013/04/lafal-shadaqallahul-adzim.html
  • https://www.alsofwah.or.id/cetakkajian.php?id=1862&idjudul=1797
  • https://almanhaj.or.id/864-mengakhiri-bacaan-al-quran-dengan-shadaqallahul-adzhiim.html




Terimakasih sudah mengunjungi situs kami. Jika terdapat kesalahan penulisan pada artikel atau link rusak, menampilkan iklan tidak pantas dan masalah lainnya, mohon laporkan kepada Admin Web (Pastikan memberitahukan link Artikel yang dimaksud). Atau bagi anda yang ingin memberikan kritik dan saran silahkan kirimkan pesan melalui kontak form di halaman Contact Us.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Workouts & Exercises for TRX Premium 1.6

Cara Menghitung Pemakaian Listrik Bulanan Dan Harian

Pengertian Elektromagnetik : Macam Jenis, Sifat dan Sumbernya